Pelan-pelan dengan Makanan Anda - Slow Food Bali

Makan untuk hidup atau hidup untuk makan? Ini adalah pertanyaan yang sudah kuno.  

Di masa lalu, Anda hidup dengan berburu dan mencari makan di hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, di zaman modern ini, Anda dapat melakukan beberapa gesekan pada ponsel Anda dan makanan akan secara ajaib muncul di depan pintu Anda. Kita memang hidup di era digital makanan cepat saji.  

 Nampaknya seiring berjalannya waktu, makanan yang kita santap diharapkan semakin cepat dan praktis. Tidak perlu lagi mengiris bahan-bahannya – Anda bisa mendapatkannya dalam satu kemasan instan sederhana di supermarket. Atau lebih cepat lagi, kunjungi saja salah satu dari sekian banyak gerai makanan cepat saji. Tidak ada keringat. Asalkan perut—dan selera—terpuaskan. 

 Kami ingin mereka cepat. Namun puasa tidak selalu berarti sehat. Sehat bagi kita, bagi lingkungan, atau bagi bumi. Menjawab seruan untuk pendekatan konsumsi makanan yang lebih sadar, gerakan Slow Food didirikan. 

 

Melestarikan Tradisi Adat 

 “Slow food merupakan reaksi terhadap produksi makanan industri,” kata Silvina Miguel, bagian dari gerakan Slow Food di Bali.  

 

Makanan olahan bukanlah makanan asli. Makanan sebenarnya adalah obat. Slow food berakar pada pengetahuan asli, dimana masyarakatnya masih terhubung dengan ekosistem. Mereka tahu apa yang harus dipanen dan tidak menggunakan bahan kimia.” 

 

makanan lambat bali

Gerakan Slow Food mendorong kita untuk lebih berhati-hati—dan kritis—terhadap makanan yang disajikan di piring kita. Apakah itu Bagus untukmu? Apakah itu bergizi? Dan apakah hal tersebut berdampak baik terhadap lingkungan?  

 

Selanjutnya, ya membersihkan? Apakah itu dewasa dan dibudidayakan bebas bahan kimia dan pestisida yang dapat mencemari tubuh dan ekosistem Anda?  

Terakhir, kan adil? Artinya harga pangan tersebut adil bagi Anda sebagai pembeli dan adil bagi petani yang memproduksi pangan tersebut?  

 

Gerakan Slow Food bukanlah tren baru. Ini tumbuh pada akhir tahun 80an di Italia sebagai protes ketika Mcdonald's hendak membuka pintunya di Roma.

Gerakan ini menuntut pelestarian makanan dan bahan-bahan warisan mereka—dan kita tahu betapa bangganya orang Italia terhadap masakan mereka, dan memang demikian! Mereka berharap setiap negara atau budaya akan mengikuti jejaknya sehingga hidangan lokal dan tradisi kuliner asli mereka tidak tergantikan oleh makanan cepat saji. 

Sejak itu, gerakan ini telah menjamur di lebih dari 160 negara di mana para pengikutnya yang taat membangun kelompok (disebut convivium) dan komunitas untuk membantu menanam benih gerakan Slow Food di wilayah mereka, termasuk Bali, tempat gerakan Slow Food didirikan pada tahun 2012. Berbicara tentang benih, itulah yang ditanam oleh Silvina dan tim slow foodies-nya di Bali.  

makanan lambat bali

Menanam Benih 

Pada tanggal 10 Desember, sebagai bagian dari festival Terra Madre yang merayakan ulang tahun gerakan Slow Food, mereka meluncurkan Komunitas Slow Food, dimana misi utama mereka adalah budidaya dan pelestarian benih lokal.  

Komunitas ini dipimpin oleh perempuan petani dan mengadakan pertemuan pertama di Jembrana dengan melibatkan siswa dari tujuh sekolah.  

Tentu saja memperbaiki kebiasaan makan cepat saji kita akan menjadi sebuah tantangan, namun perubahan tidak bisa diharapkan terjadi dalam semalam. Sama seperti nama gerakannya, Anda bisa melakukannya secara perlahan.

Perlahan tapi pasti, perhatikan makanan yang disajikan di depan Anda. Perlahan tapi pasti, pilihlah bahan-bahan yang bersumber secara lokal, ikuti musim dari karunia alam, dan selalu ingat bahwa, pada akhirnya, makanan adalah obat. 

 

Silvina mengutip penyair besar Maya Angelou, yang membimbing kehidupannya yang lambat:  

“Lakukanlah yang terbaik yang kamu bisa sampai kamu mengetahui yang lebih baik. Dan ketika Anda tahu lebih baik, lakukan lebih baik.” 

 Bahan pemikiran...

 

Bergabunglah dengan Gerakan Makanan Lambat @slowfoodbali

 

 

Daftar isi

WISATAWAN YANG PERHATIAN
Karma Instan #15 Majalah Mindful Traveler Cover Indonesia
Instant Karma #15
Maret – April 2023

Sedang tren

denpasar-exploring-the-heart-of-bali's-capital-city

Denpasar - Menjelajahi Ibu Kota Bali

permainan leela kehidupan

Permainan Leela

artikel budaya orang sasak lombok majalah karma instan mundful travel traveler indonesia

Sasak Culture Lombok

anjing kintamani bali

Anjing Bali - Ras Kuno & Sahabat Manusia

Read more Mindful articles

Kekuatan Perjalanan yang Sadar

Semangat Dharma untuk hidup Anda

Slow Food dan Yoga Festival kembali hadir di Gili Air 2024

Misteri Spiritual Gerhana Matahari 2024

id_IDBahasa Indonesia