Asal Usul Penyelamatan Reptil Bali

Apakah Anda suka cerita petualangan? Saya punya satu untuk Anda - yang benar.

Gambar5

Saya berjanji kepada Anda bahwa cerita yang akan saya bagikan kepada Anda akan menjadi cerita konservasi paling luar biasa yang pernah atau akan pernah Anda dengar. Saya jamin itu 100% asli.

Tentu saja, kami ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah yang begitu menawan sehingga Anda tidak sabar menunggu artikel kami berikutnya. Jadi, bersantailah, bersantai, dan ikuti perjalanan ini.

Mari berkenalan, dan saya juga bisa berbagi sedikit tentang peran luar biasa kita dalam komunitas. Apakah Anda sudah minum kopi; apakah kamu sudah duduk dan merasa nyaman?

Ini adalah kisah yang sungguh luar biasa. Bahkan, saya akan memberi Anda dokumen untuk membuktikan keasliannya.

Inilah asal mula lahirnya Bali Reptile Rescue, dan yang mengejutkan, sama sekali tidak ada hubungannya dengan ular atau reptil.

Bersiaplah untuk cerita tentang penyelamatan orangutan, korupsi, penyuapan, ancaman pembunuhan, dan “payudara” (ya, payudara, melon, anak anjing dada!). Inilah kisah pemburu kepala suku Dayak di Kalimantan (Borneo), petualangan panjat tebing yang menegangkan, dan latihan keras Pasukan Khusus Indonesia. Namun yang terpenting, ini adalah perjalanan luar biasa Shinta Sukmawati, pendiri dan pemilik Bali Reptile Rescue.

Peringatan spoiler: sebidang tanah seluas 43km x 43km di Kalimantan Selatan kini didedikasikan untuk konservasi orangutan, semua berkat “payudara besar” Shinta Sukmawati. Kisah nyata, tidak bohong. Namun bagaimana hubungannya dengan Bali Reptile Rescue, Anda mungkin bertanya-tanya? Teruslah membaca, dan semuanya akan menyatu.

Gambar4

Untuk benar-benar memahami cerita ini, kita harus memahami Shinta. Lahir pada tahun 1970, ia adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Ayahnya yang berasal dari Jawa Timur berasal dari keturunan bangsawan dan berpangkat Kapten di TNI Angkatan Darat. Dia adalah seorang Muslim. Karena garis keturunan ayahnya, Shinta dan saudara-saudaranya mempunyai gelar kerajaan dan disebut sebagai pangeran atau putri. Itu hanya sebuah gelar kehormatan; tidak ada kekayaan yang dikaitkan dengannya.

Sedangkan ibu Shinta adalah anggota komunitas Dayak Kristen asli Kalimantan. Kisah cinta kedua orang tua Shinta bermula saat ayahnya ditempatkan di Palang Karaya. Mereka jatuh cinta dan ingin menikah. Namun, ada kendala besar dalam pernikahan mereka: Pemerintah Indonesia tidak mengakui pernikahan campuran, sebuah kebijakan yang masih berlaku hingga saat ini.

Sekali lagi, pernikahan orang tua Shinta dikaruniai delapan orang anak. Keempat anak pertama semuanya perempuan. Ayah Shintas sangat menginginkan anak laki-laki, sehingga ia berencana untuk tetap memiliki anak hingga ahli waris laki-laki lahir. Dia membuat keputusan tegas, menyatakan bahwa anak berikutnya, apapun jenis kelaminnya saat lahir, akan dibesarkan sebagai laki-laki.

Anak berikutnya adalah perempuan—Shinta.

1699088087125gumpalan

Shinta dibesarkan sebagai seorang anak laki-laki.

Aspek pendidikannya ini memberikan wawasan berharga tentang karakter Shinta. Saat menjadi tentara, ayahnya mengajak Shinta melakukan kegiatan seperti berkemah, berburu, dan memancing, yang biasanya diperuntukkan bagi anak laki-laki, sementara saudara perempuannya tetap di rumah. Tiga anak lagi lahir: satu perempuan dan dua laki-laki. Shinta adalah anak tertua di antara saudara-saudaranya dan dibesarkan sebagai anak laki-laki bersama saudara laki-lakinya. Dengan garis keturunan pejuang Dayak dari ibunya dan bimbingan militer dari ayahnya, dia secara alami mengambil peran kepemimpinan di antara saudara-saudaranya.

Shinta melanjutkan ke universitas untuk mendapatkan gelar di bidang keuangan dan ekonomi. Selama berada di universitas, ia menjadi bagian dari klub petualangan luar ruangan, yang mengkhususkan diri pada seni panjat tebing. Tim universitasnya secara aktif terlibat dalam kompetisi pendakian, mencapai kesuksesan luar biasa. Hal ini menarik perhatian TNI Angkatan Darat yang mencari keahliannya untuk melatih Militer dan Pasukan Khususnya karena kurangnya instruktur pendakian yang berkualitas.

Namun, minat Shinta tidak terletak pada ular atau reptil; petualangan pendakian luar ruangannyalah yang membawa makhluk-makhluk menakjubkan ini ke dalam hidupnya. Setelah lulus dari universitas, ia mendapatkan pekerjaan di departemen akuntansi di sebuah perusahaan pertambangan batu bara. Meskipun kehidupan kerjanya sibuk, ia terus membina jaringan teman-teman petualangnya yang selalu menjelajah Kalimantan.

Gambar1

Shinta dan teman-temannya mendirikan Borneo Wildlife Rescue, yang saya yakini masih aktif hingga saat ini.

Dalam salah satu petualangan mereka, mereka menemukan sesuatu yang sungguh luar biasa: koloni orangutan liar di Kalimantan Selatan.

Inilah yang membuat penemuan ini begitu luar biasa—belum pernah ada catatan mengenai orangutan di kawasan itu sebelumnya.

Shinta dan teman-temannya melakukan segala upaya untuk mengingatkan pihak berwenang dan media tentang penemuan luar biasa mereka.

Sayangnya, tidak ada yang mempercayainya. Besarnya pertaruhan finansial dan kurangnya bukti terdokumentasi (baca: foto) untuk mendukung penemuan mereka menyebabkan klaim mereka ditanggapi dengan skeptis.

Proyek-proyek yang merusak akan terus berlanjut, dan rumah serta kehidupan orangutan akan hancur.

Terlepas dari tantangan-tantangan ini, seorang jurnalis pemberani tetap mendengarkan.

Frustrasi karena kurangnya kepercayaan terhadap penemuan mereka, Shinta dan timnya menjangkau komunitas ilmiah internasional. Empat ilmuwan dari berbagai penjuru dunia menjawab panggilan tersebut. Mereka masing-masing naik pesawat dan berangkat menemui Shinta dan krunya. Misi mereka jelas: membenarkan atau menyangkal klaim Shinta tentang orangutan di Kalimantan Selatan.

Gambar7

Untuk menggali lebih dalam keaslian dan keunikan kisah ini, saya mendorong Anda untuk menelusuri artikel dan publikasi yang disediakan.

Korupsi dan Ancaman

Saat tim menunggu kedatangan ilmuwan, Shinta mendapati dirinya menjadi pusat perhatian. Jurnalis dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan finansial besar di wilayah tersebut menghubunginya. Mereka memberikan tawaran dalam jumlah besar, seringkali berjumlah enam digit, untuk mencegahnya melaporkan atau mempublikasikan temuannya. Dengan tawaran uang itu juga muncul ancaman jika dia tidak menerimanya.

Pengorbanan

Sebelum kita melanjutkan, Anda harus memahami besarnya pengorbanan pribadi yang terlibat.

Shinta memiliki gelar di bidang keuangan dan ekonomi dan memiliki pekerjaan bergaji tinggi di sebuah perusahaan pertambangan batu bara multinasional. Dia memiliki rumahnya di Kalimantan secara langsung, tanpa hutang meskipun usianya masih muda. Dia memiliki masa depan finansial yang baik—jika dia mematuhi batasan tersebut dan melupakan orangutan. Tapi itu bukan Shinta.

Kisah nyata

Begitu para ilmuwan tiba, ekspedisi tidak membuang waktu untuk mencari orangutan tersebut. Dipimpin oleh Shinta, mereka berangkat jauh ke dalam hutan. Para ilmuwan mempunyai keterbatasan finansial dan waktu serta tidak dapat mengejar makhluk yang sulit ditangkap ini tanpa henti, jadi waktu adalah hal yang sangat penting.

Sulit untuk membayangkan betapa dahsyatnya hutan ini. Ini bukanlah pendakian yang santai; itu adalah ekspedisi yang sangat melelahkan ke jantung hutan belantara yang belum terjamah, sebuah Mission Impossible di kehidupan nyata.

Selama satu atau dua hari, tim Shinta dapat mendengar orangutan tersebut, namun mereka tidak dapat mendekat untuk mendapatkan konfirmasi visual. Orangutan menjaga jarak, dan meskipun tim ilmiah sangat antusias dengan suara monyet di pepohonan, hal itu tidak cukup untuk menghentikan perusakan habitat mereka.

Gambar2

 

Mereka membutuhkan bukti, dan waktu hampir habis.

Tim selalu berada dalam jarak pendengaran namun tidak pernah cukup dekat untuk konfirmasi visual. Mereka terus-menerus mendiskusikan solusi terhadap masalah ini, jam demi jam, mengetahui bahwa tim ilmiah harus segera kembali ke rumah.

Frustrasi adalah kata-kata hari ini. Ekspedisi tersebut dapat mengetahui seberapa dekat mereka dari kebisingan. Sangat dekat, namun sejauh ini.

Keesokan paginya, tim berangkat lebih awal karena mengetahui bahwa mereka memiliki kesempatan terbaik untuk menangkap orangutan sebelum mereka berpindah tempat.

“Boobies” Menyelamatkan Hari Ini

Memimpin ekspedisi, Shinta mendengar koloni orangutan. Dia tahu mereka dekat.

Apa yang akan aku katakan akan disaksikan oleh Tuhan, dan semoga aku hanya mengatakan kebenaran.

Shinta memberi isyarat kepada timnya dan para ilmuwan untuk berhenti dan bertahan. Dia bergerak sekitar 100 meter di depan tim menuju kebisingan. Ketika dia tahu orangutan sedang mengawasinya, dia tahu dia mendapat perhatian dari pejantan Alpha.

Dengan langkah yang berani, dia melepas pakaiannya dan, karena ingin ungkapan yang lebih baik, “memamerkan payudaranya.” Tanggapannya langsung; ada keributan di pepohonan saat yang jantan menjadi gila. Laki-laki dan bahkan mungkin perempuan menjadi penasaran dan mulai turun untuk menyelidiki.

Shinta mendapat perhatian penuh; orangutan terpikat dan mengesampingkan rasa takut. Ia berkomunikasi dengan ekspedisi tersebut dan mereka berhasil mengabadikan foto orangutan di Kalimantan Selatan yang belum pernah terekam sebelumnya.

Gambar6

Harga yang Harus Dibayar

Tim kembali ke rumah dengan gembira. Semua orang bersemangat. Misi selesai.

Semuanya kecuali Shinta. Konfirmasi orangutan berarti nyawa Shinta dalam bahaya.

Dia harus segera melaksanakan rencana cadangannya.

 

Lahirnya Penyelamatan Reptil Bali

Shinta telah ditawari sejumlah besar uang untuk menutup mulutnya. Ia menghubungi jurnalis yang bersedia menerbitkan artikel tersebut dan mengatur penerbangan ke Bali. Shinta meminta wartawan tersebut untuk tidak mempublikasikan artikel tersebut sampai dia memastikan kedatangannya dengan selamat di Bali, dan kesepakatan serupa juga dibuat dengan para ilmuwan. Semua orang harus menunggu sampai Shinta keluar dari Kalimantan.

Ketika Shinta tiba di Bali dengan selamat, semua orang diberitahu, dan artikel-artikelnya diterbitkan, yang tidak disukai oleh para pebisnis besar. Shinta pindah ke Bali dan mendirikan Bali Reptile Rescue.

Gambar8

 

Lahan di Kalimantan kini menjadi suaka orangutan.

Shinta menahan diri untuk tidak kembali ke tempat ia dibesarkan selama sepuluh tahun. Meski begitu, dia masih takut namanya diketahui karena adanya ancaman pembunuhan terhadap dirinya.

Penulis artikel ini adalah suaminya. Saya sangat bangga dengan istri saya.

Saya harap Anda menantikan artikel kami berikutnya.

Kami memiliki begitu banyak informasi untuk dibagikan kepada komunitas.

 

Apa yang perlu Anda ketahui:

Bali Reptile Rescue melayani masyarakat. Dari Ketakutan menjadi Rasa Hormat.

Kami adalah organisasi nirlaba yang tidak menerima pendanaan eksternal.

Kami berkolaborasi erat dengan Pemerintah Indonesia, dan upaya kami telah mendapat dukungan resmi.

Kami adalah keluarga relawan.

Kami tidak menjual, menyimpan, membunuh, atau mengambil keuntungan dari reptil yang ditangkap. Semua hewan dilepaskan kembali ke alam liar. Kami tidak memperdagangkan atau membiakkan hewan. Tim kami terdiri dari para ahli, termasuk ilmuwan, dokter hewan, dan ahli penanganan. Kami menikmati pengakuan dan rasa hormat internasional dengan jaringan teman dan rekanan yang tersebar di seluruh dunia.

 

 

 

Daftar isi

WISATAWAN YANG PERHATIAN

Sedang tren

denpasar-exploring-the-heart-of-bali's-capital-city

Denpasar - Menjelajahi Ibu Kota Bali

permainan leela kehidupan

Permainan Leela

artikel budaya orang sasak lombok majalah karma instan mundful travel traveler indonesia

Sasak Culture Lombok

anjing kintamani bali

Anjing Bali - Ras Kuno & Sahabat Manusia

Read more Impact articles

Waterbom Bali: Pelopor Keberlanjutan Pariwisata

#22

Mikroplastik – Musuh yang Tak Terlihat

#22

Temui Penjaga Laut – Lumut Laut Karma Baik

Eco Travel di Indonesia: Menemukan Keindahan Alam

id_IDBahasa Indonesia