Ibu Murni - Kehidupan yang Penuh Keberanian & Kebijaksanaan

Ibu Murni, seorang wanita Bali yang penuh inspirasi, menunjukkan bahwa keberanian dan kebijaksanaan dapat membimbing kita melewati masa-masa tersulit.

Sebagai perempuan pertama yang mengendarai mobil di Ubud, di dunia yang didominasi laki-laki, Ibu Murni adalah pionir sejati, yang menempa jalan baru bagi perempuan di lingkungannya. Saat Anda sampai di Bali, cukup sebutkan Murni's, dan pengemudi Anda akan mengetahui tujuan Anda. Satu-satunya pertanyaan yang mungkin mereka ajukan adalah apakah Anda sedang mencari akomodasi, bersantap, berbelanja, pengalaman spa, atau mungkin kesempatan untuk bertemu dengan ikon kehidupan paling terhormat dan ramah di Bali. 

Perjalanan Hidup yang Penuh Keberanian dan Kebijaksanaan

Ibu Murni, mendirikan Murni's Warung, sebuah restoran indah yang terletak di Ubud, dan kemudian hotel butik pemenang penghargaan, Murni's Houses & Spa – yang menjadi lokasi perbincangan kami.  

Sebagai pelopor di Ubud, ia menjadi orang pertama yang membuka toko yang mengkhususkan diri pada seni suku dan barang antik. Rasa hausnya akan pengetahuan dan petualangan serta kecintaannya terhadap artefak-artefak ini mendorongnya untuk memulai perjalanan panjang ke luar Bali.  

Hasilnya, ia mencapai prestasi luar biasa dengan menjadi orang Bali pertama yang menampilkan seni Indonesia di pameran seni dan tekstil suku ternama di San Francisco. 

“Selamat Ibu Murni, kamu mengisi hidupmu dengan petualangan!” 

Kata-kata ini membuka perbincangan kami, dan saya merasakan kebijaksanaannya lahir dari kehidupan yang penuh dengan pengalaman dan petualangan yang kaya dan berharga. Kisahnya sangat menginspirasi dan membangkitkan semangat. 

ibu murni warung

Perjalanan hidup Ibu Murni dimulai pada masa ketika pendidikan tidak selalu mengikuti jalur konvensional. Pada tahun 1950-an yang penuh gejolak, dia tidak mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan sekolahnya atau melanjutkan pendidikan tinggi.  

Sebaliknya, ia berdiri di sisi ibunya, mendukungnya pada saat kehidupan di Ubud jauh dari standar saat ini. Jalan yang tidak beraspal, tidak ada listrik, tidak ada radio, tidak ada telepon adalah hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. 

Bersama ibunya, Ibu Murni memberikan segala kebutuhan masyarakat Penestenan untuk kehidupan sehari-hari: beras, gula, kopi, minyak tanah, minyak, dan tekstil. Ia teringat saat mengendarai sepedanya ke Gianyar untuk membeli rokok dan bagaimana ibunya menjual berbagai macam buah-buahan Dia belajar pentingnya kerja keras dan tekad di masa-masa sulit itu. 

“Saya mulai bekerja pada usia 12 tahun,” kenang Ibu Murni. “Ibuku adalah wanita yang tangguh, dia juga menjual garam.” Ia teringat membawa garam, sayur mayur, dan ikan kering di atas kepalanya, berkeliling dari rumah ke rumah untuk menafkahi masyarakat Penestenan saat belum ada pasar.  

Uang hampir tidak ada; hampir semuanya ditukar, dan garam berarti nasi. 

Tahun 1960an membawa petualangan baru. Ibu Murni mengendarai sepedanya tiga atau empat kali seminggu ke Sanur dan Kuta untuk menjual sarung. Ia menjumpai turis yang tiba di Bali dengan perahu karena saat itu belum ada bandara. Dia mengenang masa-masa awal pariwisata di pulau itu, menjual sarung kepada kaum hippies, dan mendapatkan wawasan tentang dunia yang terus berubah. 

Pada tahun 1974, ia terjun ke bisnis restoran dan membuka Warungnya. Tanpa pengetahuan tentang masakan Barat, dia belajar dari tamunya dan memasukkan resep mereka ke dalam menunya. Sampai hari ini, nama orang yang mengajarinya resep tersebut tercantum di menu. 

restoran kafe warung ibu murni ubud

Warung Murni memainkan peran perintis di Ubud dengan menawarkan pengalaman bersantap bergaya restoran pertama, mengubahnya tidak hanya menjadi pusat kuliner tetapi juga pusat interaksi budaya yang dinamis.  

Dengan cepat, tempat ini berkembang menjadi, dan terus menjadi, tempat pertemuan para seniman, musisi, penari, keluarga kerajaan, politisi, dan selebriti. Ibu Murni, dalam mendirikan usaha ini, tidak hanya menciptakan bisnis yang sukses namun juga memenuhi fungsi sosial yang penting dalam komunitasnya. 

Setelah mendapatkan lemari es pertamanya, yang hanya memiliki kapasitas listrik 450 KWH, ia memberanikan diri membuat es krim lokal. Eksperimennya dengan buah-buahan eksotik, termasuk mangga dan nangka, serta kemampuannya mengatasi kendala seringnya pemadaman listrik yang mengancam pencairan es krimnya menunjukkan kecerdikan dan tekadnya. 

ibu murni ubud murnis warung

Semangat petualangan Ibu Murni tidak hanya sekedar es krim.  

Dia dengan penuh semangat memperoleh resep kue dari berbagai individu dan kemudian terjun ke produksi yogurt. Perkenalannya dengan budaya yoghurt di Bali difasilitasi oleh Aleang, seorang teman Tionghoa-Indonesia asal Bandung, yang memiliki kafe di Legian. Aleang dengan murah hati membagikan budaya ini kepada Ibu Murni, menjadikannya pionir dalam produksi yogurt di wilayah Ubud.  

 

Murni masih menyambut tamu, wisatawan, dan penduduk lokal ke Warung, toko, rumah, dan spa miliknya. 

ibu murni ubud spa memiliki kolam spa

Melihat kembali kehidupannya yang memuaskan, muncul pertanyaan: Bagaimana seseorang bisa menjalani hidup tanpa penyesalan?  

Ibu Murni menjawab, “Saya masih menyesal tidak bisa menyelesaikan pendidikan saya. Tapi secara keseluruhan, saya sangat senang dan bersyukur. “ 

 

“Selama Anda menjalani hidup Anda dan bisa membentuknya sendiri, itulah kuncinya.” 

 

Ibu Murni – sebuah perjalanan penuh keberanian dan kebijaksanaan, mengingatkan kita bahwa hidup harus dijalani dengan segala keberagamannya.  

Situs webnya adalah www.murnis.com

AKU G @murniswarung_ubud_bali

 

Daftar isi

WISATAWAN YANG PERHATIAN
Karma Instan #19 Majalah Mindful Traveler Cover Indonesia
Instant Karma #19
November-Desember 2023

Sedang tren

denpasar-exploring-the-heart-of-bali's-capital-city

Denpasar - Menjelajahi Ibu Kota Bali

permainan leela kehidupan

Permainan Leela

artikel budaya orang sasak lombok majalah karma instan mundful travel traveler indonesia

Sasak Culture Lombok

anjing kintamani bali

Anjing Bali - Ras Kuno & Sahabat Manusia

Read more People articles

Rasakan “A Night in Paris” di Ubud Food Festival 2024

#22

Penjaga Kebijaksanaan Menyalakan Kembali Cara-Cara Kuno

Âpe Chimba: Menyalurkan Yang Suci Melalui Musik

#21

Melukis Jalur Menuju Kesehatan Mental – Graham Cullis

id_IDBahasa Indonesia