Gaya Batuan – Seni tradisional milenium

Batuan adalah gaya lukisan tradisional Bali. Ia merayakan hari jadinya yang ke-1000 pada tahun 2022. Apakah ia tetap tidak berubah selama satu milenium?

Gaya Batuan berasal dari desa dengan nama yang sama, terletak di Kabupaten Gianyar di Bali, sekitar 10 kilometer selatan Ubud. Ini terkenal dengan seni dan kuil-kuilnya yang indah. Di salah satunya, Pura Puseh Desa Batuan, yang mungkin pernah Anda lihat di banyak pemandu wisata, para seniman Batuan mendirikan sekolah melukis. Mereka membantu anak-anak menguasai gaya melukis Batuan, dengan harapan dapat mewariskan tradisi jangka panjang ini kepada generasi baru. Bagaimana mereka begitu lama mewariskan keterampilan melukis kepada generasi baru? Bagaimana gaya lukisan Batuan? Para seniman menjawab pertanyaan-pertanyaan ini lebih jauh. 

lukisan gaya batu budaya desa batu bali

Lukisan gaya Batuan sangat rumit dan padat serta mungkin menggambarkan berbagai skenario.

Beberapa menampilkan keseluruhan desa, dan pemirsa memerlukan banyak waktu untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam gambar. Para seniman menggunakan gaya ini untuk menggambarkan upacara keagamaan dan seniman biasa melukis dewa dan kuil, ilustrasi mitos, dan adegan penting dari kehidupan masyarakat. 

lukisan gaya batu budaya desa batu bali
I Made Dwi Fandika – Bayangan Masa Depan

Seiring dengan perubahan kehidupan dan kemajuan yang tidak bisa dihindari, cerita-cerita dalam lukisan pun ikut berkembang. Gambar yang paling menarik adalah gambar yang menampilkan banyak adegan kecil di atas kanvas yang sama: orang-orang yang berpartisipasi dalam upacara dan melakukan pekerjaan rumah tangga, anak-anak bermain, dan terkadang Anda bahkan dapat menemukan turis menikmati liburan mereka di sana.

Apapun yang terjadi dalam hidup dan pikiran kita dapat tercermin dalam lukisan Batuan.

Butuh waktu dan tenaga untuk menyelesaikan lukisan seperti ini, dan beberapa bagian mungkin membutuhkan waktu hingga satu atau bahkan dua bulan. Kesulitannya, lukisan khas Batuan memiliki banyak detail kecil yang memerlukan perhatian cermat dari senimannya. Meski prosedurnya terdengar cukup sederhana, seorang seniman terlebih dahulu menggambar kontur lukisan lalu memilih salah satu dari dua teknik atau menggabungkannya. 

lukisan gaya batu budaya desa batu bali

Manyunan hanyalah melapisi cat, menjadikan warnanya lebih pekat dan gelap untuk menciptakan corak dan membuatnya pucat jika terkena cahaya. 

Ngucek lebih rumit dan membutuhkan keterampilan. Seorang seniman menggunakan dua kuas sekaligus: satu kuas dengan tinta dan satu kuas dengan air untuk memberi bayangan pada tinta pada gambar. 

Meski gaya Batuan terbukti sudah ada sejak seribu tahun yang lalu, namun lukisan-lukisan pada masa itu tidak bertahan. Bahan yang digunakan untuk melukis pada masa itu adalah bahan alami, terbuat dari mineral, tumbuhan, atau jelaga. Belakangan seniman barat membawa material baru yang lebih mudah digunakan dan bertahan lebih lama. 

lukisan gaya batu budaya desa batu bali

Seiring berjalannya waktu, gaya Batuan berubah, menggunakan material berbeda dan menceritakan kisah baru.

Banyak anak-anak di Desa Batuan yang belajar melukis dengan gaya ini. Guru mereka (seniman sejati) mengatakan separuh dari anak-anak ini akan menjadi seniman di masa depan. Anak-anak membawa pandangan dunia mereka ketika mereka melukis. Mereka tidak ingin menggambarkan dewa dan kuil, tetapi mudah untuk menemukan mobil, UFO, karakter anime, dan bahkan manusia laba-laba dalam karya mereka. Ketika para seniman melestarikan gaya Batuan selama bertahun-tahun, mereka memandangnya sebagai tugas mereka untuk mewariskan tradisi tersebut kepada generasi baru. 

lukisan gaya batu budaya desa batu bali
Ni Luh Ade Genis – Spiderman dalam Kehidupan Nyata

Anak-anak mulai menggambar gaya Batuan sebagai hobi ketika anak-anak di seluruh dunia belajar memainkan alat musik atau menari. Namun ketika mereka mengembangkan keterampilan mereka dan melukiskan gambaran yang semakin rumit, mereka dihadapkan pada sebuah pilihan: apakah mereka ingin terus mengembangkan keterampilan mereka, atau apakah itu bukan prioritas mereka? 

Para guru menceritakan kepada kami bahwa sekitar separuh anak-anak memutuskan untuk mengambil jalur seniman Batuan. Terlepas dari betapa sulitnya menyelesaikan sebuah lukisan, para seniman muda menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyempurnakan karya mereka dan menguasai keterampilan mereka, menjadi bagian dari tradisi berusia ribuan tahun ini. 

Untuk informasi lebih lanjut tentang seni mereka, dan detail tentang perayaan 1000 tahun

Ikuti IG @batuulangun 

atau kunjungi kelas melukis mereka di Desa Batuan

Hubungi Bapak Gede: +62 812 3701-3605

Daftar isi

WISATAWAN YANG PERHATIAN
Karma Instan #13 Majalah Mindful Traveler Cover Indonesia
Instant Karma #13
November – Desember 2022

Sedang tren

denpasar-exploring-the-heart-of-bali's-capital-city

Denpasar - Menjelajahi Ibu Kota Bali

permainan leela kehidupan

Permainan Leela

artikel budaya orang sasak lombok majalah karma instan mundful travel traveler indonesia

Sasak Culture Lombok

anjing kintamani bali

Anjing Bali - Ras Kuno & Sahabat Manusia

Read more Artsy articles

Festival Seni Jalanan Tangi 2024: Sekala

Pameran Seni Unik Bandung

Kisah Rimba – Seni Bertemu Aktivisme

#21

Melukis Jalur Menuju Kesehatan Mental – Graham Cullis

id_IDBahasa Indonesia