Sawah-sawah di Bali memang terkenal, meskipun menghilang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan akibat pembangunan yang tak henti-hentinya dan tak terkendali. Kita bertanya-tanya bagaimana hiruk-pikuk pembangunan ini berkaitan dengan Tri Hita Karana, filosofi tradisional Bali tentang keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Apakah simbiosis budaya Bali dengan alam yang diduga tengah hilang?
Kepercayaan yang mengakar kuat ini didasarkan pada tiga hal: menjaga keharmonisan antarmanusia, keharmonisan antara manusia dan alam, serta keharmonisan antara manusia dan Tuhan. Keseimbangan ini mendasari setiap aspek kehidupan masyarakat Bali.
Ada hubungan erat antara filosofi ini, sawah terasering Bali, dan Subak, sistem irigasi berbasis masyarakat.
Namun, ketika sawah lenyap, subak pun lenyap. Lalu, bagaimana sistem kepercayaan ini akan bertahan?
Tri Hita Karana Bali – Sebuah LSM yang membuktikan omongannya.
Yayasan Tri Hita Karana Bali (THKB), didirikan oleh ahli Permakultur tropis I Made Chakra, adalah organisasi nirlaba lingkungan yang berdedikasi untuk melestarikan budaya agraris Bali melalui pendidikan dan dukungan pertanian regeneratif serta teknologi, dengan menerapkan prinsip-prinsip permakultur dalam berbagai cara. Pertanian erat kaitannya dengan tradisi, nilai-nilai, dan budaya Bali.
Sawah dan sistem Subak yang ada kini digantikan oleh hotel dan vila, menggeser perekonomian Bali dari pertanian ke pariwisata. THKB berupaya memperbaiki situasi ini dengan mempromosikan prinsip-prinsip permakultur di kalangan petani, hortikulturis, dan pekebun Bali, serta mengajarkan praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dari Lebah ke Biji Pisang: Memulihkan Lahan
- Permakultur dalam Praktik
Permakultur, praktik merancang habitat manusia dengan mengandalkan sumber daya alam dan terbarukan serta ekosistem yang mandiri, merupakan cara hidup yang mandiri dan harmonis secara ekologis. Permakultur mencakup produksi pangan organik, konservasi energi dan sumber daya alam, serta arsitektur dan rekayasa berkelanjutan. Gagasan-gagasan ini memandu segala sesuatu dalam rantai tersebut, mulai dari kebun dan hutan pangan, hingga pengelolaan lahan dan sistem resapan air, hingga rumah dan sistem kelistrikan.
- Restorasi iklim dan agroforestri
Untuk memulihkan kawasan zona hijau, lanskap dan ekosistem yang sangat terdegradasi dan rusak, serta menanggulangi atau membalikkan dampak buruk pemanasan global, THKB berkolaborasi dengan masyarakat dalam proyek reboisasi dan penyerapan karbon.
- Sistem Pengelolaan Sampah dan Penangkapan Hujan
Sampah rumah tangga yang dapat terurai secara hayati dapat dikelola dengan sistem lubang pisang sederhana yang menggabungkan produksi pangan, pengomposan, dan pengelolaan air dalam satu pengaturan yang elegan. Sampah dapur dan kebun yang dapat dikomposkan dimasukkan ke dalam lubang dengan tanah galian yang dipasang di tepinya untuk membentuk tanggul. Tanaman dan pohon buah-buahan seperti pisang, pepaya, dan serai ditanam di bedengan yang ditinggikan untuk menahan tanah dan menyediakan makanan bergizi.
Untuk sistem penampungan hujan yang efektif, tong sederhana atau tangki yang rumit dapat dipasang di rumah dan sekolah.
- Sistem penyaringan dan pemurnian air
Wadah air terakota yang dirancang khusus menyaring air keran atau air sungai biasa melalui lapisan karbon. Sistem penyaringan di dalam wadah ini dapat bertahan lebih dari satu dekade dan harganya sangat terjangkau.
- Kolam renang alami
Alternatif ramah lingkungan untuk kolam renang yang diolah secara kimia adalah merancang dan membangun kolam renang alami dengan ikan dan tanaman yang hidup di air sebagai teman alami. Sistem penyaringan akuaponik membuang limbah berlebih, dan pohon, tanaman, serta bunga ditanam di dalam dan di luar kolam untuk menyediakan naungan dan habitat penyerbuk.
- Lokakarya Peternakan Lebah
Lebah adalah salah satu penyerbuk paling produktif di alam, mendorong pertumbuhan bunga, buah, sayuran, dan pohon berbunga. Lokakarya perlebahan dirancang untuk pemula dan mengajarkan Anda cara membangun dan memelihara koloni lebah madu asli Bali, cara membangun rumah lebah yang ideal, tanaman dan bunga apa yang menarik lebah, serta bagaimana dan kapan memanen madu.
- Proyek Komunitas, Kesukarelaan, dan Pelatihan Praktis
Ekosistem yang tangguh dan regeneratif dirancang dan dipasang melalui proyek dan lokakarya dengan masyarakat setempat, organisasi pemerintah, universitas, dan individu yang berminat.
Relawan yang ingin berkontribusi pada upaya konservasi lokal sambil mendapatkan pengetahuan tentang praktik permakultur berkelanjutan sangat diterima.
Dua pusat permakultur yang masih beroperasi – di Pengosekan, Ubud dan Selamadeg, Tabanan – memamerkan kegiatan THKB.
Kedua pusat ini menampung para relawan, pekerja magang, dan mahasiswa untuk proyek kerja sama.
Tri Hita Karana, sebuah filsafat di ambang kepunahan… atau pembaruan?
Sementara Bali bergulat dengan perubahan identitasnya, THKB menawarkan sudut pandang yang memberi harapan dengan menunjukkan bahwa kearifan kuno Bali masih menyimpan benih-benih keseimbangan, dan dengan pengelola yang tepat, masih dapat berkembang.
Berkat lembaga seperti Tri Hita Karana Bali, filosofi yang memberi inspirasi ini, alih-alih menjadi fatamorgana budaya, ternyata tidak hancur sama sekali.
Pelajari lebih lanjut tentang lokakarya permakultur dan proyek komunitas THKB!
Mengunjungi trihitakaranabali.org
Instagram:
@thkbali
Facebook:
Tri Hita Karana Bali
Hubungi Langsung
Surel: chakra.widia@gmail.com
Ada apa: 081 338 794 571