Pameran bertajuk “Sepuluh Potret” (setelah Stein, setelah Warhol, setelah 150 Hari) oleh Krishnamurti Suparka
Perjalanan 30 menit dari pusat kota menuju dataran tinggi Bandung tempat berlangsungnya pameran tunggal “Sepuluh Potret” (setelah Stein, setelah Warhol, setelah 150 hari) karya Krishnamurti Suparka di Orbital Dago, Bandung. Kawasan Dago bagian atas terkenal dengan banyak tempat wisata menariknya. Dengan pemandangan kota Bandung, udara sejuk, dan lingkungan yang masih asri, perjalanan berliku namun menawan.
Setibanya di lokasi, di area parkir pengunjung akan disambut dengan desain kayu unik yang dipadukan dengan tanaman di pintu masuk kafe Orbital. Kafe ini menyediakan fasilitas lengkap seperti hotel, kolam renang, kafe, ruang pertemuan, dan workshop dengan desain modern kekinian, dipadukan dengan unsur futuristik minimalis dan teknologi canggih. Penggunaan material seperti kaca, logam, dan beton yang dipadukan dengan elemen alam serta pencahayaan kreatif menciptakan suasana unik.
Turun dua lantai ke bawah, pengunjung sampai di pintu masuk pameran ruang angkasa. Di sisi kanan, terdapat karya seni besar yang menjelaskan proses dan sejarah desain sang seniman. Proses penciptaan karya seni ini dibagi menjadi tiga tahap: dialog antara kolaborator dengan 10 individu unik yang akan menjadi model potret, pembuatan potret langsung di dinding ruang pameran, dan publikasi media cetak pelengkap proyek ini di akhir. hari pameran.
Sepuluh potret (setelah Stein, setelah Warhol, setelah 150 hari)
“Sepuluh Potret” (setelah Stein, setelah Warhol, setelah 150 hari) merupakan hasil proses menggambar dinding berdasarkan wawancara dengan 10 kolaborator unik, sehingga menghasilkan karya unik karya Krishnamurti Suparka. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2023 hingga 20 Maret 2023 untuk sesi duduk tahap pertama, tahap kedua tanggal 7 Maret hingga 24 Maret untuk sesi pengundian. Dan untuk tahap akhir akan memakan waktu 25 Maret 2023 untuk Resepsi dan diskusi. Jangan lewatkan untuk melihat 10 karya seni seniman internasional asal Indonesia dari pameran ini.
Judul “Sepuluh Potret” telah digunakan oleh Gertrude Stein dalam “Dix Portraits” (1930) dan Andy Warhol dalam “Ten Portraits of Jews of the Twentieth Century” (1980). Penggunaan kata “after” di belakang nama Stein dan Warhol merupakan bentuk penghormatan dalam tradisi Seni Barat. Namun, dalam konteks “Sepuluh Potret…setelah 150 Hari”, ini mungkin memiliki arti literal “sepuluh potret, setelah berlalunya 150 hari”. Hal ini mengaitkan potret tersebut dengan waktu, yang berpotensi membawa makna khusus bagi sebagian orang. Potret-potret dalam pameran tersebut, seperti digambarkan, diilustrasikan dalam bentuk tulisan tangan yang sangat kecil, sejajar dengan cara Dix Portraits karya Stein menampilkan tokoh-tokoh kunci dalam bentuk prosa.
Tentang Artis
Krishnamurti Suparka dikenal sebagai Nishkra, dia memiliki latar belakang pendidikan yang kaya di bidang seni.
1994 Sertifikat lanjutan dalam Desain (Desain Grafis), Universitas Swinburne, Prahran, VIC
1998 Associate Diploma Seni (Seni Visual), RMIT, Melbourne
Sarjana Seni Rupa (Menggambar) 2001, Sekolah Tinggi Seni Victoria
2003 Lulus Diploma Pendidikan, Universitas Melbourne
Sekolah Tinggi Seni Victoria BFA (Honours) 2009 – Universitas Melbourne
MFA (Penelitian) 2011 Sekolah Tinggi Seni Victoria – Universitas Melbourne
Beberapa kali pameran tunggal telah ia lakukan, antara lain “Stalactite” di Spare Room Melbourne pada tahun 1997, “Mereka Came From the North” di Place Gallery, Melbourne pada tahun 2013, dan “Postscript” di btw_space, Bandung pada tahun 2005.
Krishna telah aktif di berbagai bidang seni, termasuk musik, fashion, dan seni. Dan telah berperan penting dalam dunia seni rupa di Bandung. Sebagai dosen seni, ia juga berkontribusi dalam pengembangan generasi seniman baru.
Karya-karyanya merupakan cerminan masyarakat masa kini. Tentang konsekuensi sejarah, teknologi, dan kemajuan material terhadap alam dan manusia, tentang kelimpahan informasi dan dampaknya terhadap perolehan pengetahuan dalam realitas tontonan yang semakin memefikan/pasca-kebenaran, dan pada cara kerja bahasa dan kode linguistik dalam konteks yang terhubung. dunia; semua diterjemahkan dalam kosakata abstraksi dan konseptualisme
Karya seni khas Krishnamurti Suparka menghiasi dinding ruang pameran, menampilkan proses penciptaannya yang unik. Pengunjung dapat menyaksikan bagaimana wawancara dengan kolaborator dan proses pembuatannya diinterpretasikan oleh Nishkra menjadi karya seni yang spektakuler. Saat penulis berkunjung ke lokasi tersebut, Nhiskra baru saja menyelesaikan enam karya (15 Maret 2023).
Ada cerita menarik dari sesi tanya jawab ini: salah satu kolaborator datang untuk sesi wawancara namun malah membawa gitar elektrik beserta amplifiernya. Dalam kesempatan tersebut, kolaborator Gustaff H. Iskandar melakukan sesi tanya jawab sambil memainkan gitarnya. Setiap individu unik bebas mengekspresikan dirinya, dan seniman memaknai kolaboratornya dalam bentuk karya seni yang unik. Waktu yang dibutuhkan oleh Krishnamurti Suparka sangat bervariasi. Dalam acara penutupan pada 25 Maret 2023, ia akan mengungkap sentuhan akhir dari 10 karya seni tersebut.
Orbital Dago
Setibanya di tempat pameran, di pintu masuk kafe Orbital sudah terlihat desain kayu unik yang dipadukan dengan tanaman menarik. Kafe Orbital memiliki fasilitas hotel yang lengkap dengan kolam renang, kafe, ruang pertemuan, dan bengkel. Dengan desain modern kontemporer, dipadukan dengan elemen futuristik minimalis dan teknologi canggih, penggunaan material seperti kaca, logam, dan beton dipadukan dengan elemen alami dan pencahayaan kreatif menciptakan suasana unik.
Pemilihan tempat pameran yang menarik menjadi keunggulan lain dari acara ini.
Orbital Dago adalah bahasa Indonesia galeri seni kontemporer dan tambahan terkini dalam kancah seni yang sedang berkembang di Bandung. Bertujuan untuk memperluas wacana terkini seputar seni rupa kontemporer di Indonesia, Orbital Dago akan menampilkan karya-karya seniman Indonesia dan internasional yang sebelumnya jarang atau belum pernah dihadirkan di Indonesia.
Jadi ini Bandung, Parisj Van Java, ibu kota Jawa Barat. Di kota ini banyak lahir para kreatif Indonesia yang kerap menjadi trendsetter karena gayanya yang unik. Tak hanya Krishnamurti Suparka, masih banyak artis asal Bandung lainnya yang sudah go internasional.