Mengenali Ida Dewa Agung Jambe yang ke 11th Raja Klungkung, sebagai Pahlawan Nasional
Indonesia tidak kekurangan pahlawan. Kita pernah mendengar pahlawan-pahlawan yang lebih “populer” seperti Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Thomas Matulessy, dan Cut Nyak Dhien; Namun sebenarnya masih banyak tokoh heroik lainnya yang merintis jalan yang pada akhirnya akan memimpin jalan menuju—dan mempertahankan—kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Tahun ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional tahunan yang diadakan setiap tanggal 10 November, pemerintah Indonesia memberikan gelar kehormatan Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh, dan salah satunya adalah Ida Dewa Agung Jambe milik Bali.
Dia adalah yang ke-11th Raja Kerajaan Klungkung, dan pada tanggal 28 April 1908, Raja beserta pasukannya (termasuk putra dan menantunya) melakukan perlawanan yang berani melawan Belanda dengan cara yang disebut dengan perang puputan Klungkung, atau Perang Puputan Klungkung.
Arti dari puputan dalam bahasa Bali secara kasar diterjemahkan menjadi “berjuang sampai mati di mana menyerah tidak pernah menjadi pilihan.” Sayangnya, belati dan tombak mereka tidak sebanding dengan amunisi modern penjajah yang datang dengan kanon dan senapan. Raja Ida Dewa terkena peluru dalam pertempuran.
Wawancara singkat
Dalam wawancara singkat dengan Yang Mulia, Raja Ida Dalem, garis keturunan Raja Bali yang dihormati, mengungkap secercah harapan dan visi strategis untuk generasi mendatang:
“Hari ini adalah apa yang kami sebut angayubagya, atau ungkapan rasa syukur karena pendahulu kita, Ida Dewa Agung Jambe, telah diakui sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia,” kata Raja Ida Dalem. “Kami sangat bangga [of the recognition], yang berarti akan menjadi tugas berat bagi kami untuk melanjutkan perjuangannya.
“Dia tidak terlalu lama memerintah kerajaan, hanya empat tahun dari tahun 1904 – 1908, namun dalam waktu singkat itu dia telah menunjukkan kualitas yang mengagumkan sebagai raja dan pejuang. Ia bijaksana dan meskipun ia juga mau berkompromi namun ia tetap mengedepankan prinsip dan martabatnya. Dia pasti memiliki karakter seorang pejuang.”
“Dalam menghadapi kesulitan, kami merenung, “Apa yang dia korbankan?” Tindakan tanpa pamrihnya, meski tidak menghasilkan kemenangan langsung, kini menjadi mercusuar pelestarian dan keberanian bagi masyarakat Bali. Hal ini menjadi pengingat untuk tetap menjaga warisan budaya kita di tengah tantangan modernisasi – dimana pertempuran terjadi di bidang media sosial, teknologi, dan ekonomi.”
Pahlawan nasional
Perayaan Raja berlangsung Senin (26/11/2023) lalu di Pendopo Puri Agung Klungkung. Dihadiri perwakilan pemerintah serta pimpinan kerajaan lain dari kerajaan lain di Bali, gelar tersebut dianugerahkan kepada pewaris Kerajaan Klungkung saat ini, Ida Dalem Smaraputra.
Selain beberapa pidato yang meriah untuk menghormati Ida Dewa Agung Jambe, pembicara terkemuka pada acara tersebut adalah Prof. Dr. AA. Bagus Wirawan, SU., yang memaparkan fakta sejarah perjalanan panjang Indonesia dalam meraih Kemerdekaan sekaligus tentang Pahlawan Nasional yang baru dibentuk.
Ia mengatakan bahwa di antara para pahlawan terdapat ahli strategi dan pejuang—dan Ida Dewa Agung Jambe masuk dalam kategori terakhir. “Perang puputan didorong oleh ideologi pejuang yang mulia (Ksatria Mahottama) yang berjuang melawan kolonialisme yang berdasarkan ajaran kisah epik Ramayana dan Mahabharata,” kata Profesor Wirawan.
Dan seabad kemudian, semangat pejuang yang mulia tetap hidup hingga anak cucu. Bagi Ida Dewa Agung Jambe kini menjadi Pahlawan Nasional.